Malam takbiran adalah puncak kegembiraan. Puncak barokah setalah menjalani ibadah puasa selama satu bulan. Umat muslim menyambut dengan penuh cinta. Meluapkan kegembiraan atas hari-hari yang fitri. Menghidupkan malam takbiran dengan sepenuh hati. Membuat jiwa terasa harum dengan melafadzkan nama Allah Yang Maha Agung.
Namun apa jadinya bila malam takbiran kini tidak lagi diisi dengan takbiran? Suasana malam yang seharusnya bertakbir jadi berubah dengan bunyi petasan?
Fenomena saat ini dan beberapa tahun ke belakang memang sudah berbeda, agak aneh, dan bikin miris. Malam takbiran yang biasanya diisi oleh masyarakat sekampung dengan berkumpul di mesjid, di pos ronda, atau di pusat-pusat perkumpulan untuk berjamaah takbiran kini banyak tersudutkan dengan tradisi baru, apa? Nyulut petasan dan kembang api. Hingga malam takbiran yang semestinya diisi takbir jadi banyak berubah dengan hura-hura yang bikin ketir. Petasan dan kembang api yang harganya puluhan ribu hingga jutaan dibeli dan dihabiskan untuk malam takbiran yang mirip-mirip suasana tahun baru.
Apakah demikian kita menyambut Idul Fitri? Benar sekali. Bahwasanya ketika tiba Idul Fitri, hendaknya umat muslim begembira, bersuka cita, dan berbahagia menyambutnya. Namun bila cara meluapkan dan mengejawantahkannya dengan menyulut petasan dan kembang api? Nampaknya kita harus berpikir dua kali, tiga kali, empat kali, dan berkali-kali. Apa benar dengan demikian kita berbahagia dan menyambut Idul Fitri secara baik dan maslahat? Sedangkan kembang api dan petasan banyak kintroversinya. Selain beberapa aturan pemerintah sudah ada yang melarang terkait petasan dan kembang api, juga adanya petasan dan kembang api cukup berbahaya terhadap keselamatan. Selain mengganggu keamanan karena bisa menimbulkan kecelakaan dan kebakaran, juga bisa mengganggu ketertiban dan kenyamanan beberapa pihak. Bayangkan bila tetangga ada yang sakit, rasanya kurang gereget jika dikasih bising dengan petasan. Terlebih bagi yang sakit jantung, bisa-bisa penyakitnya kumat mendadak.
Tak bisa dibayangkan bila seantero NUsantara menyulut petasan? Berapa banyak uang yang dibakar? Sebab bagaimana pun, petasan dan kembang api dibuat dan dibeli pakai uang. Lantas dibakar, iya kan? Anehnya lagi, orang yang beli petasan pasti tujuannya untuk disulut biar menghasilkan suara. Tapi setelah disulut, eh, malah tutup kuping. Mau bagaimana bisa denger suara petasan bila toh kupingnya ditutup? Mubadzir deh. Kecuali niatnya mau bikin bising orang lain, itu beda lagi.
Sudah lah! Pelisss.. Wahai orang-orang yang nyalain petasan di malam takbiran, bertaubatlah. Haha.. Becanda.. Intinya biar maslahat lah, biar hasil dari puasa serta malam takbirannya barokah dengan bertakbir secara pasti. Dengan melafadzkan "Allohu Akbar".. Tidak usah pakai petasan dan kembang api yang sejatinya pasti memperbanyak polusi suara dan udara. Tidak sehat dan kurang maslahat.
Semoga Allah memberkahi kita. Amiin.
Komentar
Posting Komentar