Generasi Muda NU Diantara Radikal dan Liberal


"An-Nahdliyyun Baina Al-Mutasyaddidin Wa Al-Libraliyyin"
(Merefleksi gairah pemuda nahdliyyin)

Dakwah.web.id ~ "Nahdlatul Ulama" sebagai Organisasi islam terbesar di Indonesia, namanya harum terkenal di seluruh dunia sebagai penyebar akidah bermanhaj Ahlussunnah Wal Jama'ah. Bahkan, saat ini PCINU-PCINU sudah bertebaran di seluruh dunia. Pada masa awal berdirinya NU, banyak orang berbondong-bondong masuk NU. Dari generasi pemuda-pemudinya (IPNU-IPPNU, Anshor, Fatayat, Muslimat, dsb) hingga kalangan cendikiawan, kiyai dan pemerhati. Sebab NU sebagai wadah pemersatu para Ulama dan orang-orang yang mencintai Ulama, sebuah organisasi yang tidak keras tapi tegas dengan keadaan.

Manhaj dan pola berfikir Nahdliyyin banyak dikaitkan oleh banyak orang dengan sosok KH. Hasyim Asy'ari Tebuireng, KH. Wahhab Hasbulloh Tambakberas. KH. Bisri Sansuri Denanyar. Yang merupakan tiga tokoh fenomenal NU. Dan kita juga sering mendengar sebuah kaedah popular dari organisasi NU yaitu "Al-Muhafadlotu 'Ala Qodimis Sholih Wal Akhdu Bil Jadidil Ashlah" (MEMPERTAHANKAN TRADISI LAMA YANG MASIH EFEKTIF DAN MENGAMBIL INOVASI BARU YANG LEBIH BAIK). Sangat beruntung sekali kita bisa berada dalam naungan organisasi Nahdlatul Ulama ini. Memang Di Arab NU tidak ada, tetapi Amaliyah Nahdlatul Ulama ini sudah tidak asing lagi khususnya bagi Ulama Sufi yang mengikuti Imam Abul Hasan Al Ash'ary dan Imam Abu Manshur Al Maturidi.

Tetapi seiring berjalannya waktu, nampaknya NU sedang dihantam badai. Yang mana banyak Generasi Penerus NU seolah tidak percaya diri dengan pemikiran para Muassis (pendiri NU) dan banyak anak muda yang malu mengaku NU bahkan tidak sedikit yang salah jalan dan keluar dari ajaran NU. Sehingga menurut saya fenomena generasi NU sekarang boleh dibilang: "An-Nahdliyyun Baina Al-Mutasyaddidin Wa Al-libraliyyin" (Generasi NU berada diantara pemikiran orang-orang radikal dan orang liberal).

Generasi pemuda NU yang belajar sembarangan dari medsos yang ternyata situs aliran radikal, atau dari sekolah dan kampus radikal, baik di dalam atau di luar negeri lalu didoktrin oleh mereka, biasanya akan menjadi "Al-Mutasyaddidun". Beda lagi dengan Generasi yang memiliki pemikiran kreatif yang berlebihan, terlalu mendewakan logika, lantas belajar pada pemikiran barat, biasanya cenderung akan menjadi "Al-Liberaliyyun."

Bahkan beberapa orang yang notabene-nya adalah pemuda NU, keturunan NU, kini sudah banyak yang beralih pemikiran menjadi HTI, WAHABI-SALAFI dan LIBERAL. Kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa berprestasi  di dalam  maupun luar negeri yang sedang menempuh proses pencarian jati diri. sedangkan tempat mereka belajar setiap hari memberikan materi tugas yang sama sekali bertolak belakang dengan Amaliyah NU, atau juga bisa jadi karena mereka sudah tidak percaya diri lagi mengaku Nahdliyyin.

Perang Argumen di Medsos (Media Social) sudah jadi sarapan setiap hari. Seperti yang dikatakan sebuah pribahasa "Al Muasharoh Muashiroh" yang artinya pergaulan itu mempengaruhi. Pemuda NU yang sering bergaul dengan kalangan "Mutasyaddidun" pemikirannya akan menjadi Radikal, dan pemuda NU yang sering berkumpul dengan penyeru keadilan siluman dan sok perduli HAM cenderung berfikir lebih Liberal.

Namun perlu di ingat, ini tidak bisa dianggap menjadi kesalahan Nahdlatul Ulama seutuhnya. karena setiap Generasi NU sekarang lebih kritis dan lebih bersifat ingin tahu dari sebelumnya. Dan setiap pemuda ingin memberikan kontribusi perubahan bagi NU. Bedanya mutasyaddidun ingin merubah dengan cara menghancurkan pondasi akar NU, sementara libraliyun ingin memberikan inovasi yang sensasional dan terkesan bertolak belakang dengan Syariat Islam. Meskipun pada akhirnya, keduanya justru tidak memperbaiki NU, tapi malah membuat NU berantakan.

Barangkali mereka ingin menerapakan kaedah poluler dalam NU, yang mana "Al-mutasyaddidun" ingin mengembalikan islam kepada masa-masa awal dengan dalih almuhafadzoh 'ala qodimis sholih (mempertahankan tradisi yang baik) sehingga mudah membid'ahkan orang yang melakukan hal baru atau juga terlalu idealis dengan ideology dan tidak realistis terhadap realita. Sementara dilain sisi "Al-Libraliyyun" ingin memberikan inovasi untuk NU dengan menerapkan kaedah al'akhdu bil jadidil Ashlah (mengambil inovasi baru yang lebih baik) sehingga hal baru yang menurut logika mereka baik menjadi ukurannya dan menganggap kuno pemikiran lama dan harus ditinggalkan. Saya kira inilah akibat dari penerapan akidah yang separuh-separuh.

Mereka yang lazim disebut dengan "Al-Mutasyaddidun" (orang-orang radikal) tidak memperhatikan aspek maslahat menyeluruh bagi umat. Mereka juga jumud dalam konteks dalil. Kerap kali orang Mutasyaddidun mempermasalahkan masalah Furu'iyah (cabangan agama), lalu masalah cabangan ini mereka jadikan tolak ukur inti agama antara orang tersebut beriman atau tidak. Makanya Tak jarang mereka menganggap masalah Furu'iyah ini sebagai hal paten yang tidak bisa ditolerir dengan merasa paling benar sendiri. Dan siapapun yang bertentangan dengan mereka dianggap Sesat, Fasiq, atau Minimal dianggap meremehkan agama, Kalau mereka kebablasan mereka sangat Ekstrim yang mana selain mereka dianggap bukan pengikut Nabi. Itu bisa dibuktikan pada orang yang mudah mengatakan bid'ah.

Mereka "mutasyaddidun" disibukkan dengan Furu'iyah (cabangan agama), padahal kadar ukuran kekafiran seseorang adalah ditentukan jika ia menyalahi Mas'alah Ushuliyah (pokok agama). Berikut 17 keyakinan yang membedakan pemahaman antara Mutasyaddidun dan Nahdiyyun:
  1. Mensifati bahwa Alloh memiliki ruang (tempat).
  2. Menganggap Madzhab Ash'ary memiliki banyak kekurangan.
  3. Mengingkari 4 empat Madzhab Fiqh (Hanafi, Maliki, Syafi'I, Hambali).
  4. Mendahulukan fatwa tanpa memiliki spesialisasi &tidak memiliki kaedah kongkit
  5. Memiliki pehamaman yang dangkal dalam memaknai Bid'ah
  6. Mengharamkan Tawassul
  7. Mengharamkan sholat di masjid yang ada kuburannya dan mereka berfatwa wajib untuk menghancurkan masjid tersebut.
  8. Melarang mengambil berkah (tabarruk) pada orang Sholih.
  9. Melarang perayaan Maulid Nabi Muhammad s.a.w
  10. Mengharamkan Ziarah kubur juga ziarah ke Makam Rosululloh s.a.w
  11. Menganggap orang yang mengharap pertolongan kepada Nabi adalah Syirik kecil.
  12. Menganggap orang tua Nabi Ahli Neraka.
  13. Menganggap Mayyit tidak bisa merespon peziarahnya.
  14. Tidak setuju Dzikir dan Wiridan berjama'ah.
  15. Menganggap pengguna'an Tasbih adalah Bid'ah.
  16. Menilai penampilan Luar dari pakaian.
  17. Bertindak tanpa berfikir dan mencampur aduk antara Nasehat dan ilmu.
Di Indonesia., beberapa tambahan yang sering mereka yang perselisihkan adalah seperti pelarangan Tahlil, melarang Qunut, mengajak mendirikan khilafah, melarang Istighotsah dan Manaqib.

Telah banyak kitab karya para ulama yang memiliki spesialisasi akidah guna MengKanter pemikiran mereka. Diantaranya :
  • Kitab Sifaus Siqom karya Al-imam Al-Hafidz Qodli Qudlot  Syaikhul Islam Attaqi Abul Hasan 'Ali bin Abdul Kafi As-Subki Al-Anshori Al-Khozroji (683-756 H). mujtahid dizamannya, hafal ratusan ribu hadits, penafsir Al Quran, dan memiliki banyak karya.
  • Kitab Jawahir Munaddzom karya Al-imam Al-Faqih Ahmad Bin Muhammad Bin Hajar Al Haitami As-Sa'diy Al-Anshori Ibnu Hajar Al-Atsqolani (909-974 H) merupakan penutup Ulama yang mentahqiq madzhab syafi'ie. Dilahirkan di kota mahlah di mesir dan wafat di Makkah al Mukarromah, memiliki banyak karya diantaranya yang fenomenal tuhfatul muhtaj bisyarhil minhaj dan kitab fathul bari.Beliau juga hafal ratusan ribu hadits.
  • Kitab Syawahidul Haq karya Al-Allamah Al-Adib Al-Wali Abul Mahasin Yusuf Bin Ismail Bin Yusuf An-Nabhani (1265-1350 H). ulama yang sangat alim Lahir di palestina belajar pada ulama palestina lalu melanjutkan studi di Al Azhar dan menjadi Qodli di Beirut Lebanon.
  • KitabKhulasotul Kalam dan kitab Durorussaniyah karya Mufti Syafi'iyah di Mekkah al Mukarromah Syeh Ahmad Zaini Dahlan (1231-1304 H) dilahirkan di Mekkah dan wafat di Madinah Al Munawwaroh. Memiliki banyak karya yang menjadi rujukan.
  • Kitab Showaiqul Ilahiyah dan kitab Arroddu 'Ala Man Kaffaro Al-Muslimin Bisababi Nadzar Lighoirillah karya Syeh Sulaiman Bin Abdul Wahhab Bin Sulaiman Attamimi An-Najdiy saudara kandung tokoh pendiri wahabi Muhammad Bin Abdul Wahhab dan sangat menentang pemikiran saudaranya sendiri. (wafat 1210 H)
  • Kitab Sulhul ikhwan karya Syeikh Daud Bin Sulaiman Al-Baghdadi An-Naqsyabandi Al-Kholidi As-Syafi'ie dikenal dengan sebutan Ibnu Jirjiz (1231-1299 H) pakar Fiqh dari Baghdad irak. Lahir dan wafat di Baghdad. Sempat tinggal di makkah 10 tahun.
  • Kitab Furqunul qur'an karya Al-Allamah Al-Muhaqqiq Al-Mursyid Robbani Assyeikh Salamah Bin Hindi Salamah Al-Azzamiy Al-Qodloiy An-Naqsyabandi Assyafi'ie (1298-1376 H) belajar di kota Qolyub mesir, dilanjutkan ke Al-Azhar, berhasil mendalami perjalanan ke rohaniahannya dibawah bimbingan Assyeikh Al-wali Muhammad Amin Kurdi.
  • Kitab Baroatul Ash'ariyyin Min Aqoidil Mukholifin karya Sayyid Muhammad Al-Arobi Al-Maliki Al-Makki (1315-1390 H) seorang pakar ilmu berasal dari al jazair.mengajar di Madrasah Al-Falah di Makkah. Wafat di Mekkah dan dimakamkan dipekuburan Ma'la.
  • Kitab Goutsul Ibad karya Al-Allamah Mustofa Abu Saif Al-Humami. Merupakan orang alim yang mulia, dan merupakan khotib masjid Az-Zainabi di Cairo, Mesir (wafat 1368 H).
  • Kitab An-Nafsurrohman karya Syeikh Ismail Bin Mahdi Bin Humaid AL-Ghurbani berasal dari desa Al-Mulhamah kota Ibb yaman. Seorang alim yang aktif sebagai pengajar. Memiliki susunan yang baik, ahli berdzikir zuhud dan sufi, para akhir hidupnya berada di kota udain dan wafat disana sekitar awal abad ke 14 H.
Beda lagi dengan "Al-Liberaliyyun" yang semakin hari semakin tumbuh subur di bumi pertiwi. Statement dan komentar mereka di TV dan Sosmed hampir sering kita temui setiap hari, dan bahkan selalu menjadi trending topic. Biasanya mereka membawa bendera Keadilan dan Hak Asasi Manusia (HAM), mereka menawarkan pembaharuan islam yang toleran tanpa ada batasan. Bahkan dalam sebuah pernyataan seorang Liberal dari Mesir bernama "Islam Buhairi" misalnya dia mengatakan;

"kita wajib membuang pemikiran islam dari kitab salaf."
"kita boleh menafsirkan Al-Qur'an semau kita."
"pemikiran yang kita utarakan memang untuk merusak akal orang-orang yang beriman dan membuatnya menjadi ragu, sebab keraguan adalah keyakinan yang seutuhnya."
"Kita harus melepaskan diri dari ulama sejak abad kedua" (dia menganggap selama 1200 tahun kita semua berada dalam kesesatan)
"kitab salaf adalah Sampah busuk yang harus kita kubur sedalam dalamnya."

Dan banyak lagi statement kontrofersialnya. Itu baru satu di mesir. di Inggris lain lagi dia bernama"Mrs. Aminah Wadud" yang memperbolehkan Wanita menjadi imam sholat dan khotib jum'at, Sholat Ju'mat boleh campur dalam shof antara laki laki dan perempuan. Dlsb. Semoga kita dijauhkan dari pemikiran seperti ini.

Liberal Indonesia juga tidak mau ketinggalan,contoh kutipan yg menurut saya liberal;

"TUHAN MEMBUSUK" "kawasan bebas tuhan."
"Al-Quran adalah budaya manusia, oleh karena itu Al-Quran boleh di injak."
"kaum LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) harus kita dukung."
"boleh menikah antara orang muslim dengan seorang kafir." Dan lain-lain.

Jenis pemikiran yang seperti ini banyak diminati oleh kalangan aktifis mahasiswa, sebab kebanyakan orang saat ini lebih suka ilmu yang instan dan sensasional. Apalagi dibarengi dengan gaya dan pembawaan yang Modern serta dengan bahasa Kontemporer. Sehingga sangat mudah sekali untuk menjadi liberal dan mencari sensasi di media social. Padahal kajiannya terbatas pada substansi judul tertentu saja, hal semacam ini bagi kalangan pemuda NU yang berangkat dari pesantren sangat mudah untuk mematahkannya. Sebab kalangan liberal tidak memiliki Manhaj khusus seperti pemikiran mutasyaddidin, dasar pemikirannya berdasarkan logika, filsafat dan trend yang ada saja.

Seminar yang berderet dan kajian panjang yang katanya untuk menyelamatkan Nadlatul Ulama sudah sering dilakukan. Jangan lupakan relefansi NU sebagai organisasi pemersatu, kita perlu menyatukan kembali pemikiran kita agar generasi NU kita tidak tertular dua virus yang berbahaya ini. Sebab sejak dahulu di Indonesia sangat banyak kalangan pemuda yang kreatif pemikirannya turut berkontribusi untuk bangsa dan agama. Namun biasanya kelemahan orang kreatif adalah susah untuk dipersatukan. Kita berharap akan muncul sosok seorang ulama yang menjadi pemersatu.

Jangan lupa sikap dan pandangan sebagai nahdliyyin yang mengembangkan keseimbangan atau al-tawazun. Pola ini dibangun lebih banyak untuk persoalan-persoalan yang berdimensi sosial politik. Dalam bahasa lain, nahdliyyin, melalui pola ini ingin menciptakan integritas dan solidaritas sosial umat. Sebagian orang secara apriori menganggap bahwa dengan pola ini nahdliyyin menghendaki “stabilitas”. Nahdliyyin juga merupakan kelompok yang mendukung “kemapanan” struktural.

Sikap toleran nahdliyyin telah memberikan makna khusus dalam hubungannya dengan dimensi kemanusiaan secara lebih luas seperti ajaran walisongo yang masih identik dengan tradisi peninggalan jawa. Menjadikan islam begitu indah Plularistik, pikiran dan sikap hidup masyarakat adalah keniscayaan di indonesia. Dan ini akan mengantarkannya pada visi kehidupan dunia yang rahmat di bawah prinsip Ketuhanan allah Yang Maha Esa.

Menjadi Nahdliyyin bukan hanya soal ikut dan memilih Rois Tanfidziyah dan Syuriahnya lalu bertengkar dengan orang yang berbeda pilihannya, atau ikut-ikutan memperkeruh konflik internal yang justru akan menambah kekecewaan banyak orang. Tapi NU adalah sebagai manhaj kehidupan kita dalam menempuh jalan kepada Allah s.w.t dan ridlo Rosululloh s.a.w.

NU tidak dibatasi oleh sebuah garis tertentu. Dan bukankah filosofi lambang NU adalah Bumi bulat yang di ikat dengan tali persatuan?? Yang menunjukkan bahwa NU sangat Universal dari segala lapisan masyarakat yang memiliki live skiil dan interpersonal skill yang berbeda bersatu padu mencari barokah di dalam NU. "Bintang songo"9 bintang (wali songo) adalah lambang Ulama panutan bagi Nahdliyyin.

Pemuda NU merindukan sosok baru penerus KH. Wahid hasyim yang juga turut memberikan kontribusi bagi Negara Indonesia. Lantas bagaimana dengan generasi pemuda NU sebagai calon pejuang Indonesia jika akidahnya tidak benar???

Ada penyair berkata :

يَاعُلَمآءَالإِسلَامِيَامِلحُالبَلَد * كَيفَيَطِيبُالطَعمُإِذَاالمِلحُفَسَد

"Duhai para ulama' islam yang di ibaratkan garam (pejuang) bagi Negara .
Bagaimana mungkin rasa suatu makanan (negara) akan nikmat jika garamnya rusak."

Yang sering saya dengar dari para masyayikh NU di Indonesia adalah "BICARA NU BICARA PERJUANGAN." Semua orang yang masuk kedalam NU ingin berjuang mengabdi untuk Bangsa, Negara dan Agama. Oleh karena itu bisa kita lihat orang NU berjuang dimana saja sesuai profesinya. Yang terakhir semoga kita para generasi pemuda tetap istiqomah menjadi Nahdliyyin dan Semoga apa yang menjadi perjuangan kita telah sesuai harapan para Muassis dan mendapat Ridlo Allah s.w.t.
____
Oleh: Moh Nasirul Haq di Yaman, 4 maret 2016
Generasi Muda NU Diantara Radikal dan Liberal
***
(rm)

Komentar