Muhammad Bin Abdul Wahab Ditentang Oleh Ayah dan Kakaknya

Muhammad Bin Abdul Wahab Ditentang Oleh Ayah dan Kakaknya

Dakwah.web.id ~ Al-Imam Muhammad bin Humaid Al-Hanbali An-Najdi berkata :
"Abdul Wahhab bin Sulaiman At-Tamimi An-Najdi merupakan ayah dari orang yang membawa dakwah Wahhabiyah, yang percikan apinya telah tersebar di berbagai penjuru. Akan tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Padahal Muhammad (pendiri Wahhabi) tidak terang-terangan berdakwah kecuali setelah meninggalnya sang ayah. Sebagian ulama yang aku jumpai menginformasikan kepadaku, dari orang yang semasa dengan Syaikh Abdul Wahhab ini, bahwa beliau sangat murka kepada anaknya, karena ia tidak suka belajar ilmu fiqih seperti para pendahulu dan orang-orang di daerahnya. Sang ayah selalu berfirasat tidak baik tentang anaknya pada masa yang akan datang. Beliau selalu berkata kepada masyarakat, “Hati-hati, kalian akan menemukan keburukan dari Muhammad.” Sampai akhirnya takdir Allah benar-benar terjadi. Demikian pula putra beliau, Syaikh Sulaiman (kakak Muhammad bin Abdul Wahhab), juga menentang terhadap dakwahnya dan membantahnya dengan bantahan yang baik berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Syaikh Sulaiman menamakan bantahannya dengan judul Fashl al-Khithab fi al-Radd ‘ala Muhammad bin Abdul Wahhab. Allah telah menyelamatkan Syaikh Sulaiman dari keburukan dan tipu daya adiknya meskipun ia sering melakukan serangan besar yang mengerikan terhadap orang-orang yang jauh darinya. Karena setiap ada orang yang menentangnya, dan membantahnya, lalu ia tidak mampu membunuhnya secara terang-terangan, maka ia akan mengirim orang yang akan menculik dari tempat tidurnya atau di pasar pada malam hari karena pendapatnya yang mengkafirkan dan menghalalkan membunuh orang yang menyelisihinya."[1] (As-Suhub Al-Wabilah ‘ala Dharaih Al-Hanabilah-halaman 275).

Muhammad Bin Abdul Wahab adalah orang yang dipandang tidak memiliki ilmu oleh para Ulama-ulama di masanya. Bahkan kakaknya sendiri, Syaikh Sulaiman bin Abdul Wahab menolak serta menyangkal atas penyimpangan dari apa yang telah menjadi pegangan kaum muslimin yang dilakukan oleh Muhammmad bin Abdul Wahab. Sanggahan-sanggahan Syaikh Sulaiman terhadap Muhammad bin Abdul Wahab diantaranya ditulis dalam dua buku, masing-masing "as-Showaiq al-Ilahiyyah fi Raddi 'ala al-Wahabiyyah" serta "Fashl Khithob fi Raddi 'ala Muhammad bin Abdul Wahab".

Begitu pula ulama masyhur yang menjadi mufti Mekkah bermadzhab Hanbali, Syaikh Muhammad bin Humaid tidak pernah memasukan Muhammad bin Abdul Wahab dalam daftar para ahli ilmu dalam Madzhab Hanbali. Pedahal beliau telah merilis delapan ratus alim maupun alimah yang ada dalam Madzhab Hanbali kala itu. Namun ia memasukkan ayah Muhammad bin Abdul Wahab, yakni Syaikh Abdul Wahab sebagai sosok yang alim dan dipuji atas keilmuannya.

Syaikh Muhammad bin Humaid pun menuturkan bahwa Ayah dari Muhammad bin Abdul Wahab ini sangat marah terhadap Muhammad bin Abdul Wahab dan mewanti-wantikannya. Ia berkata:

يا ما ترون من محمد من الشر!
"Hati-hati, kalian akan menemukan keburukan dari Muhammad bin Abdul Wahab".

Syaikh Muhammad bin Humaid meninggal sekitar delapan tahun setelah wafatnya Muhammad bin Abdul Wahab.

Muhammad bin Abdul Wahab kemudian seolah membuat agama baru yang ia ajarkan kepada para pengikutnya. Adapun pokok ajarannya adalah ajaran musyabbihat dan mujassimah. Dimana Muhammad bin Abdul Wahab menyerupakan Allah SWT terhadap makhluk-Nya. Ia beritikad bahwa Allah SWT adalah jisim (memiliki tubuh) dan duduk di 'arasy. Ini jelas adalah satu bentuk menyerupakan Allah dengan makhluk. Sebab duduk adalah satu sifat dari sifat-sifat yang ada pada makhluk. Sedangkan Allah SWT adalah Dzat yang tidak menyerupai makhluk dalam hal apapun. Sebagaimana firman-Nya:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
Artinya:

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat” (QS. Asy-Syura: 11)
Kalangan ulama as-Salafus as-Shalih telah sepakat bahwa orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya adalah kufur. Sebagaimana yang diungkapkan oleh al-Imam al-Muhaddits as-Salafi at-Thohawi dalam catatannya:

ومن وصف الله بمعنى من معاني البشر فقد كفر
"Barang siapa yang menyipati Allah dengan satu pengertian dari berbagai makna manusia, maka ia telah kufur."

 ***
[1]
 قال مفتي الحنابلة بمكة المتوفى سنة ١٢٩٥ هـ الشيخ محمد بن عبد الله النجدي الحنبلي في كتابه "السحب الوابلة على ضرائح الحنابلة" في ترجمة والد محمد بن عبد الوهاب بن سليمان ما نصّه (٨): "وهو والد محمّد صاحب الدعوة التي انتشر شررها في الافاق، لكن بينهما تباين مع أن محمدًا لم يتظاهر بالدعوة إلا بعد موت والده، وأخبرني بعض من لقيته عن بعض أهل العلم عمّن عاصر الشيخ عبد الوهاب هذا أنه كان غضبان على ولده محمد لكونه لم يرض أن يشتغل بالفقه كأسلافه وأهل جهته ويتفرس فيه أن يحدث منه أمر، فكان يقول للناس: يا ما ترون من محمد من الشر، فقدّر الله أن صار ما صار، وكذلك ابنه سليمان أخو الشيخ محمد كان منافيًا له في دعوته ورد عليه ردًا جيدا بالآيات والآثار لكون المردود عليه لا يقبل سواهما ولا يلتفت إلى كلام عالم متقدمًا أو متأخرا كائنا من كان غير الشيخ تقي الدين بن تيمية وتلميذه ابن القيم فإنه يرى كلامهما نصّا لا يقبل التأويل ويصول به على الناس وإن كان كلامهما على غير ما يفهم، وسمى الشيخ سليمان رده على أخيه "فصل الخطاب في الرد على محمّد بن عبد الوهاب" وسلّمه الله من شرّه ومكره مع تلك الصولة الهائلة التي أرعبت الأباعد، فإنه كان إذا باينه أحد ورد عليه ولم يقدر على قتله مجاهرة يرسل إليه من يغتاله في فراشه أو في السوق ليلا لقوله بتكفير من خالفه واستحلاله قتله، وقيل إن مجنونًا كان في بلدة ومن عادته أن يضرب من واجهه ولو بالسلاح، فأمر محمدٌ أن يعطى سيفًا ويدخل على أخيه الشيخ سليمان وهو في المسجد وحده، فأدخل عليه فلما رءاه الشيخ سليمان خاف منه فرمى المجنون السيف من يده وصار يقول: يا سليمان لا تخف إنك من الآمنين ويكررها مرارا، ولا شك أن هذه من الكرامات ". ا.هـ

Komentar