Dakwah.web.id - Rasulallah ~Shollallohu'alaihi wa sallam~ bersabda, yang artinya:
Perempuan itu seperti tulang rusuk. Jika kamu ingin meluruskannya, sama halnya kamu akan mematahkannya. (HR. Bukhori: 4889)Dalam satu ungkapan dikatakan:
المرأة هي شيئ جميل بحياة الرجل لولا وجودها بحياته كانت حياته بلامعنى ولا مضمون اسف ابن العم لكن هاد هو الواقع
"Wanita itu adalah sesuatu yang indah dalam kehidupan seorang lelaki. Seandainya tidak ada wanita dalam hidupnya, maka kehidupannya seolah tidak bermakna dan tidak ada yang dapat dijamin. Ma’af wahai anak paman tetapi ini adalah kenyataan."Sahabat fillah, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dan kita renungkan mengenai wanita. Sosok makhluk yang bertipikal lembut yang telah Allah ciptakan untuk menyempurnakan kaum Adam. Banyak hal yang menjadi fenomena dan selalu menarik untuk diperbincangkan mengenai segala sesuatu tentang wanita. Namun, tentu kita mesti tahu, bagaimanakah sejatinya sosok perempuan itu? Bagaimana kita memandangnya?
Ya, wanita sejatinya tidaklah dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, melainkan dilihat dari sejauh mana ia mampu menutupi aurat tubuhnya. Wanita sejati bukan pula dilihat dari paras wajahnya yang cantik, melainkan dari kecantikan hati yang ia miliki.
Wanita sejati bukanlah dilihat dari kebaikan apa yang telah ia keluarkan, melainkan dari keihklasan atas kebaikan yang ia berikan. Wanita sejati bukan dilihat dari seberapa merdu lantunan suaranya, tapi diukur dari penggunaan lisan yang senantiasa ia jaga. Wanita sejati bukan dilihat dari keahliannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya berbicara. Wanita sejati bukan dilihat dari keberaniannya berpakaian, tetapi dilihat dari sejauh mana ia berani mempertaruhkan kehormatannya. Wanita sejati bukan dilihat dari kekhawatirannya bila ada orang yang menggoda di jalan, tetapi ia dilihat dari rasa khawatir dan takut bila kemudian dirinya akan mengundang orang lain menjadi tergoda. Wanita sejati bukan pula dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani, tetapi dilihat dari sejauhmana ia menghadapi ujian itu dengan syukur.
Dan ingatlah, wanita sejati bukanlah dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauh mana ia mampu menjaga kehormatanya dalam bergaul. Wanita adalah perhiasan, dan sebaik-baikanya perhiasan adalah wanita shalihah.
Menjadi sholehah adalah pilihan. Saat ini kita menyaksikan betapa banyaknya kaum hawa yang terlahir ke dunia. Bahkan populasinya sudah melampaui jumlah kaum adam di dunia. Dan perbandingannya sudah mencapai 3:1. Tapi diantara banyaknya perempuan, hanya sedikit wanita yang memilih jalan shalihah. Yakni jalannya para perempuan perindu surga.
Kita menyaksikan saat ini betapa aurat wanita diobral murah, bahkan gratis. Lantas bagaimana kemudian kita memposisikan letak harga diri wanita saat ini? Ketika tayangan-tayangan di televisi selalu menampilkan rambut terurai, tubuh disingkap, ketiak diangkat, selangkangan diumbar, lekuk-lekuk dijual. Mengapa demikian?
Jalanan kini dipenuhi dengan aurat. Jika dahulu, orang tua kita senantiasa bercerita, bahwa untuk sekedar maaf "mengintip" perempuan itu adalah hal yang sulit. Bahkan memalukan. Setiap wanita merasa direndahkan apabila ada satu bagian dari tubuhnya dilihat oleh pria. Maka saat ini, siapapun rasanya sudah tidak perlu lagi bersusah payah mencari aurat. Sebab semuanya sudah dijual murah. Gratis dan memalukan.
Ini menjadi renungan bagi kita. Dimana, kelak penghuni neraka akan disesaki oleh perempuan. Mereka adalah mayoritas para penghuni Neraka. Ini selaras dengan sabda Nabi Muhammad SAW:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah orang-orang fakir, dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas dan Imran serta selain keduanya)Maka wahai kaum hawa, janganlah kita mempertanyakan atas apa yang telah Rasulullah SAW sabdakan tersebut. Semua kita kembalikan pada diri kita sebagai kaum hawa. Apakah kita sudah menjaga diri kita? Apakah kita sudah menjaga nafsu kita? Sebab, setiap jengkal tubuh kita, adalah berharga, mesti kita jaga. Mari kita sama-sama memperbaiki diri, menuju keindahan yang hakiki.
***
TENTANG PENULIS
Yayu Lestari, perempuan kelahiran 3 Februari 1995 ini merupakan santri putri di Pondok Pesantren Al-Huda Radio Cililin, Bandung Barat. Ia pernah aktif sebagai ketua IPPNU Kab. Bandung Barat. Aktivitasnya saat ini adalah sebagai tenaga pengajar di MTs Al-Huda Cililin.
Komentar
Posting Komentar