Puisi: "Fenomena Sebuah Pagi" dan "Hakikat Ikhlas"

Puisi: "Fenomena Sebuah Pagi" dan  "Hakikat Ikhlas"
1.
Fenomena Sebuah Pagi
By: Wafa Nada Fadhilah

Tanpa ditemani cahaya sang surya
ukiran awan bergerak lembut menghiasi langit
dengan warnanya yang mendung
ia memulai hari dengan sentuhan aroma embun

pagi menetes perlahan
tubuh gaib angin berhamburan
berlari menggoda gorden-gorden yang terpasang

di tengah itu, ada sebuah jalan
yang ternyata masih lengang
menjadi basah
sebasah mataku

Agustus, 2015

PENULIS:
Wafa Nada Fadhilah. Perempuan kelahiran 09 September 1999 ini adalah salah satu alumni santri Baitul Hikmah Haurkuning, Tasikmalaya. Saat ini nyantri di Ponpes Syukrillah Cipongkor, Bandung Barat.
_________

2.
Hakikat Ikhlas
By: Maksalmina

Seandainya kata adalah rasa
mungkin rindu adalah doa
andai mencintai adalah sujud
mungkin cara mengungkapkannya adalah tahajjud.
jika bercumbu adalah shalat, maka ranjangnya adalah raka'at
bila sakit adalah taghoyyur, maka pasti penawarnya adalah dzikir.

namun, kata tak setajam dan sedalam rasa
rindu pasti lebih ikhlas daripada doa
sujud bukanlah cinta buta
tahajjud bukanlah tempat berdusta
shalat bukanlah cumbuan nafsu sesaat
raka'at bukanlah ranjang ajang bergulat
taghoyyur adalah hal yang sering diacuhkan jiwa
dan dzikir bukanlah obat penawar rakusnya jiwa

hanya satu rasa agung di puncak tahta
adalah rasa kerana Allah semata
bukan surga, bukan pula neraka
apalagi dunia fana.

Cianjur, 15 Januari 2015

PENULIS:
Maksalmina. Pemuda kelahiran 1992 ini lahir dan besar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Musri' Cianjur. Tulisan-tulisannya bisa dilihat di fansfage facebooknya, Maksalmina Sastara.
***

(Zidny/RM)

Komentar