Nasehat Untuk NU Dari Sosok Ulama Jawa Barat


Nasehat Bijak Untuk NU Dari Sosok Ulama Jawa Barat
KH. Fuad Affandi (kanan) bersama Ki Agus Zaenal Mubarok (kiri) sedang bercakap serius tentang masa depan Nahdlatul Ulama.
Dakwah.web.id ~ KH. Fuad Affandi atau Mang Haji, demikian panggilan akrab pengasuh pesantren Agribisnis Al-Ittifaq Ranbacali Kabupaten Bandung, murid KH Maksum Lasem itu banyak memberikan masukan-masukan berkaitan masa depan NU pasca Muktamar 33 Jombang beberapa waktu lalu. Banyak saran-saran penting yang sangat prinsipil disampaikan untuk agenda perubahan, terutama terkait dengan PWNU Jabar yang dinilai oleh Mang Haji kurang mengakar sebagai jam'iyah kemasyarakatan karena sebagian pengurusnya sibuk urusan politik praktis tanpa menjaga keseimbangan gerakan dakwah kultural. Mang Haji berpesan agar orang NU terus menancapkan kaki kemandirian hidup pada urusan ekonomi agar berdaya saing.

Beberapa nasehat Mang Haji adalah:

1) "Jadi santri, jadi kiai itu enggak masalah tidak tahu apa-apa, yang penting bisa apa-apa." (Maksudnya, janganlah terkonsentrasi dengan pengetahuan teori yang melangit tetapi tidak bisa melakukan apapun dalam hidup. Jadilah manusia yang terampil melakukan apa saja).

2) "Untuk mengubah keadaan, jangan berpikir mengada-ngada tetapi olah yang ada menjadi sesuatu yang ada". Artinya, jangan sering terjebak berkhayal mengawang-ngawang, tetapi harus membumi dengan kenyataan. Jika keadaan yang ada itu buruk, ubah, jangan banyak pertimbangan. Lakukan yang bisa daripada hanya berpikir terus tapi tak bisa melakukan apa-apa.

3) Pengurus NU harus banyak silaturahim yang benar-benar silaturahim, bukan silaturahim saat kepentingan. Perilaku politisi yang hobi silaturahim tapi modus sebatas nyari suara atau pragmatis mencari kepentingan itu model yang salah. Banyak politisi NU yang makin tidak tahu arah, bahkan tega-teganya memanfaatkan umat untuk dirinya sendiri. "Saya terlalu cinta dengan NU, karena itulah saya harus ngomong yang sebenar-benarnya. Saya tidak mengada-ngada dengan fakta karena saya menghadapi sekian banyak masa, sekian banyak politisi yang beperilaku kurang cerdas.

4) Jadilah NU yang memegang teguh ajaran Islam yang rahmatan lil alamin. Bergaul harus lintas mazhab, lintas agama, lintas golongan, lintas sektoral. Jauh sebelum Jokowi ngomong lintas sektoral, tahun 1970-an pesantren Al-Ittifaq sudah mulai menjalin hubungan kerjasama dengan kaum nasrani, dan golongan manapun. Toh tidak ada yang jadi kristen di sini. Jangan seperti kodok yang berpikir seluas batok kepalanya.Kita hidup tidak bisa sendiri, kita sukses harus melibatkan banyak orang.
***
Sumber: facebook.com/nahdlatul.jawabarat
(RM)

Komentar